Kamis, 13 Desember 2012

Kesalahan dalam sebuah Kata ataupun Kalimat

Kesalahan kata dalam sebuah Spanduk

Kesalahan atau kerancuan penulisan suatu kata dalam spanduk yang bila yang dieja, bunyinya jadi lucu, juga menimpa institusi pendidikan kita. Dalam suatu seminar nasional dan workshop guru-guru, spanduk yang terpampang mencantumkan judul besar yang mau tak mau siapa pun yang membaca akan dibuat tertawa lebar. Coba simak potongan spanduk yang sudah diedit di bawah ini. Yang pasti seminar tersebut bukan ditujukan untuk para guru goblog, melainkan mengajak guru agar mengerti dan memanfaatkan blog untuk tujuan pendidikan. Sehingga tulisan "go blog" walau di spasi tapi pengucapannya tetap saja "goblok", seharusnya lebih tepat " guru let's blog" atau "guru nge-blog".


Dalam Spanduk Sumpah Pemuda di Surabaya juga menggunakan Kesalahan kata yang sangat fatal .
Dinas Informasi dan Komunikasi (Infokom) Jatim rubah isi naskah Sumpah Pemuda yang dikumandangkan para pemuda Indonesia pada 28 Oktober 1928. Baliho berukuran sekitar 4 x 8 meter itu dipasang di depan Gedung Negara Grahadi di Jalan Gubernur Suryo Surabaya.

Kesalahan tulis naskah sumpah pemuda itu langsung membuat puluhan mahasiswa dari beberapa elemen marah. Akibatnya, gambar SBY-Boediono dan Gubernur Jatim Soekarwo dicoreng oleh puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Front Aksi Mahasiswa UNESA, Siang (28/10) usai satu jam upacara memperingati Sumpah Pemuda di depan Gedung Grahadi.

Gambar SBY dan Soekarno langsung dicoret dengan cat semprot warna merah. Para mahasiswa mencoret butir ketiga yang salah. Mereka tidak mencoret butir pertama mungkin karena letak tulisan yang tinggi dan tak terjangkau.


 
Forum aksi Mahasiswa sangat menyesal dengan kepemimpinan SBY dan Boediono yang dikatakan sangat tidak bisa menunjukkan bahwa pemuda di Indonesia ini menyatu.

“83 tahun yang lalu pemuda Indonesia menyatu, tapi sekarang para atlet hanya mendapat julukan bekas juara atau rongsokan pemuda, ini yang kami kutuk, karena tidak bisa menempatkan pemuda sebagai generasi bangsa Indonesia,” teriak Aulia, korlap aksi FAM Universitas Negeri Surabaya (UNESA).

Aksi mereka juga diwarnai dengan teatrikal dua orang mahasiswa yang menyapu kertas yang bertuliskan “Pemuda Indonesia tidak Produktif” sembari dua mahasiswa itu menempelkan di wajahnya.

Seperti diketahui, naskah Sumpah Pemuda pada baliho di depan Gedung Grahadi ditulis dalam kata-kata yang salah.
Berdasarkan pantauan LIcom selang setengah jam usai dilakukannya aksi baliho besar tersebut sduah tidak terpampang lagi di depan Gedung Grahadi.

Sementara Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf memberikan tanggapan mengenai baliho Sumpah Pemuda milik Pemerintah Provinsi Jatim di depan Gedung Negera Grahadi  yang salah tulis.

Terkait hal itu, Saifullah Yusuf alias Gus Ipul meminta maaf. Ia menyebut kesalahan penulisan naskah Sumpah Pemuda dalam baliho itu terjadi tanpa ada unsur kesengajaan.
“Kami mohon maaf kalau ada kesalahan, itu pasti tidak disengaja,” ungkap Saifullah Yusuf di ruang kerjanya Jumat (28/10).
Dia berujar, pihaknya mengaku tidak mengetahui adanya kesalahan itu, dan tidak mengetahui siapa yang membuat.

Protes tersebut sehubungan dengan pemasangan Baliho Sumpah Pemuda yang dipasang Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Provinsi Jatim yang salah tulis. Ratusan Mahasiswa itu pun langsung melakukan aksi corat-coret baliho ‘bodoh’ itu.

Para mahasiwa menyatakan penulisan naskah (teks) Sumpah Pemuda dalam baliho raksasa yang dipasang di depan Gedung Negara Grahadi, atau di sisi kanan patung Gubernur Suryo itu terdapat kesalahan pada butir ketiga.
Naskah yang seharusnya berbunyi ‘Kami Putra dan Putri Indonesia Menjunjung Tinggi Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia, namun di dalam baliho ditulis ‘Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia.
Dan yang lebih memalukan lagi, di dalam baliho juga terpajang foto Gubernur Jatim Soakarwo bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang berdiri tersenyum mengapit tulisan naskah Sumpah Pemuda yang salah ketik itu.

Kesimpulan 

Bila mau ditelusuri banyak sekali dijumpai spanduk-spanduk di sekitar kita yang salah tulis atau memuat ejaan kata yang tidak tepat. Diantaranya yang menonjol adalah penulisan angka rawan salah tulis dan ejaan suatu kata yang tidak tepat.
Tentu saja spanduk yang salah tulis tersebut tidak sengaja dibuat salah, melainkan tidak sengaja , akibat kelalaian atau ketidaktelitian. Tapi hasilnya, jadi bahan pembicaraan karena yang namanya spanduk pemasangannya pasti dipilih di ruang publik yang strategis dan mencolok mata, seperti di jalan raya yang ramai.
Dari beberapa contoh spanduk di atas, menjadi pertanyaan, bagaimana mungkin suatu spanduk yang dipasang di ruang publik, tidak dilakukan pengecekan ulang sebelum dipasang? Karena jika ini dilakukan, niscaya kesalahan yang lucu, konyol dan memalukan seperti itu tidak akan terjadi.

Lebih mendasar lagi, apakah kesalahan tulis di spanduk-spanduk itu dapat dipandang sebagai cermin tidak tertibnya kehidupan berbahasa (tulis) kita atau sekedar kesalahan manusiawi ?

referensi :
 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar