Minggu, 14 April 2013

Penulisan Ilmiah Tentang Bahasa Indonesia



Karya Sastra Indonesia


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya sastra di Indonesia sudah mulai digemari remaja pada masa kini, termasuk karya sastra novel. Novel adalah sebuah karya prosa fiksi yang mengangkat permasalahan yang kompleks dan luar biasa dari kehidupan tokoh-tokohnya. Pengetahuan akan unsur yang membentuk karya sastra pun sangat diperlukan untuk memahami karya sastra secara menyeluruh. Hadirnya suatu karya sastra tentunya agar dinikmati oleh para pembaca. Untuk dapat menikmati sebuah karya secara sungguh-sungguh dan baik diperlukan seperangkat pengetahuan akan karya sastra. Tanpa pengetahuan yang cukup penikmatan akan sebuah karya hanya bersifat dangkal dan sepintas karena kurangnya pemahaman yang tepat.
Dalam dunia kesusastraan penyair sering dilukiskan sebagai orang kerasukan yang bicara secara tidak sadar tentang apa saja yang dirasakan dalam tingkatan sub dan supra dan supra-rasional (Hardjana, 1911 : 61). Dalam dunia fiksi kadang ada sesuatu yang tidak dapat diterima oleh akal sehat, karena memang dengan istilah seorang penyair menuangkan imajinasinya untuk diwujudkan dalam karya sastra.
Dalam dunia kesusastraan selalu identik dengan penjiwaan baik itu dari tingkat emosi pengarang maupun dari penikmat karya sastra. Hasil karya sastra tertentu merupakan hasil khayalan pengarang yang sedang mengalami keadaan jiwa tertentu (Hardjana, 1991 : 65). Dari sinilah disimpulkan bahwa karya sastra merupakan sebuah bentukan (out put) dari proses pemikiran (imajinatif) pengarang dalam mengapresiasi untuk menjadi sesuatu yang estetik.
Disamping itu, pengetahuan akan unsur-unsur yang membentuk karya sastra pun sangat diperlukan untuk memahami karya sastra secara menyeluruh. Tanpa pengetahuan akan unsur-unsur yang membangun karya sastra, pengetahuan kita akan dangkal dan hanya terkaan saja sifatnya, jika pengetahuan dengan cara demikian, maka maksud dan makna yang disampaikan pengarang kemungkinan tidak akan tertangkap oleh pembaca. Unsur-unsur karya sastra tersebut adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang ada dalam tubuh karya sastra itu sendiri yang meliputi tema, alur, setting, penokohan, dan sudut pandang. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berbeda diluar tubuh karya sastra yang meliputi adat istiadat, agama, politik, situasi zaman.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah unsur intrinsik yang terdapat dalam novelKatak Hendak Jadi Lembu karya Nur Sutan Iskandar?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk:
Mendeskripsikan  unsur intrinsic novel Katak Hendak Jadi Lembu karya Nur Sutan Iskandar
1.4.  Manfaat penelitian
Mengetahui unsur intrinsik dalam novel Katak Hendak Jadi Lembu karya Nur Sutan Iskandar.


BAB II LANDASAN TEORI

 

Agar penelitian ini memiliki kekuatan ilmiah yang diharapkan, maka harus didukung oleh pendapat yang sahih dari ahlinya. Untuk itu penulis menggunakan dasar pemikiran sebagai berikut:
2.1 Konsep Pengajaran Pragmatik Sastra
Dalam kurikulum berbasis kompetensi pembelajaran sastra bukan hanya sekedar formalitas dan menekankan hafalan saja tetapi diharapkan sastra memiliki peranan bagi kehidupan peserta didik. Sehingga dalam belajar sastra, peserta didik melibatkan totalitas kejiwaan dan memiliki target tertentu yang ditentukan sendiri oleh peserta didik. Untuk itu dibutuhkan kejelian guru dalam memilih tema karya sastra yang sesuai dengan kemampuan siswa pada tahapan tertentu. “Pelaksanaan pembelajaran sastra sebelum ada KBK boleh dikatakan gagal, karena tidak menyentu esensi apresiasi sastra. Karenanya melalui KBK peserta didik dan diajak menggauli langsung karya sastra, mengoptimalkan pengalaman hidup, mendayagunakan sumber-sumber belajar dari lingkungan peserta didik dan sebagainya.” (Endraswara,2008:191)
Pemilihan tema bahan pengajaran sastra yang bersumber dari lingkungan dan kebutuhan peserta didik akan memudahkan peserta didik dalam mengapresiasi karya sastra secara optimal berdasarkan pengalaman hidupnya. “Arah pembelajaran sastra pun akan menjadi epigon paham KBK, sehingga tidak hanya sebagai teori sastra, melainkan pembelajaran mengarah pada aspek pragmatik (aspek kegunaan)”. (Endraswara, 2008:192) Peserta didik akan termotivasi mempelajari karya sastra karena peserta didik merasa membutuhkan. Dengan demikian peserta didik akan belajar sastra lebih humanis dan menyenangkan dalam rangka mencapai kompetensi dasar.
“Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa tujuan pengajaran sastra tidak lain adalah memberikan kesempatan pada siswa untuk memperoleh pengalaman sastra, sehingga sasaran akhirnya dalam wujud pembinaan apresiasinya dapat tercapai” (Gani,1988:49). Sesuai dengan pendapat ahli tersebut di atas, prinsip penting dalam pengajaran sastra adalah peserta didik mampu mengapresiasi karya sastra sesuai KBK. Yaitu apresiasi yang berospek pada masa depan, apresiasi yang hidup dan penuh makna.
Konteks tersebut di atas menghendaki kriteria dasar yang jelas setelah peserta didik belajar sastra. “Belajar sastra harus memiliki kriteria yang jelas. Kriteria tersebut ke arah pragmatik dan mendukung masa depan peserta didik. Sehingga pemilihan bahan pembelajaran sangat penting dan harus sesuai dengan link danmatc dunia kerja atau masa depan peserta didik agar pendidikan tidak sia-sia” (Gani,1988:49).


BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

 

3.1 Metode dan teknik Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penlis adalah metode deskriptif.  Metode deskriptif adalah metode penelitian yang bersifat observasi yaitu dengan cara memperoleh data dengan meneliti dan menganalisis. “Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu” (Suryabrata,1991:19)
Data yang berhasil dikumpulkan baik melalui kepustakaan maupun pengamatan didisusun berdasarkan pendekatan sosiologi sastra. Yang dimaksud dengan pendekatan sosiologi sastra adalah pendekatan sastra yang berupaya menelaah latar belakang kehidupan sosio budaya, kehidupan masyarakat, serta tanggapan kejiwaan atau sikap pengarang terhadap lingkunagan kehidupan pada saat sastra itu diciptakan.
3.1.1 Teknik Pengumpulan Data
“Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang efektif untuk menjaring data yang akurat” (Suharsini,1993:192). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi sebuah buku yang berjudul Kumpulan Cerita Pendek OKNUM karya M. Shoim Anwar dengan cara mengapresiasi karya tersebut. Langkah-langkah dalam mengapresiasi karya sastra tersebut adalah:
  • Membaca cerita pendek yang berjudul OKNUM dengan tujuan untuk mendeskripsikan karya tersebut.
  • Mencari aspek tematis setiap cerita pendek yang ada dalam buku Kumpulan Cerita Pendek OKNUM
3.1.2 Metode dan Teknik Analisis Data
Teknik yang dipergunakan untuk menganalis data dalam penelitian ini adalah analisis tekstual. Yang dimaksud dengan analisis tekstual adalah analisis unit-unit teks yang mewakili unsur-unsur tokoh yang menggambarkan kondisi sosial masyarakat dengan memberikan interpretasi sosiologi terhadap berbagai data atau variabel yang diteliti.
Adapun metode analisis data yang dipergunakan adalah deskriptif kualitatif. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut:
Klasifikasi data
Data yang terkumpul diklasifikasikan sesuai dengan ruang lingkup permasalahan
Komparasi
Setelah data diklasifikasikan maka data tersebut dikomporasikan dengan data yang ada di luar karya sastra.
Refleksi
Peneliti mengadakan penafsiran terhadap data yang telah dikomporasikan
Deskripsi
Penelitian Kualitatif yang bersifat deskriptif ini berpandangan bahwa semua hal yang berupa sistem tanda tidak ada yang patut diremehkan, semuanya mempunyai pengaruh satu dengan yang lain.
“Dengan mendeskripsikan sistem tanda atau semiotik mungkin akan memberikan sesuatu pemahaman yang lebih komprehensif mengenai apa yang sedang dikaji” (semi,1990:24). Penelitian deskriptif berarti data tersebut terurai dalam bentuk kata atau gambar, bukan dalam bentuk angka-angka. Pada umumnya data berupa pencatatan, foto – foto, rekaman, dokumen, atau catatan resmi lainnya. Sedangkan penelitian kualitatif, pelaporannya dengan menggunakan bahasa verbal merupakan unsur yang sangat penting, karena semua interpretasi dan simpulan yang diambil disampaikan secara verbal.

 

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, M.Shoim. 1992. OKNUM: Gaya Masa,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2004. GBPP Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMA,
Endraswara, Suwardi. 2008.Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta,
Junus, Umar. 1986. Kritik Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta: Pt. Gramedia,
Milles, Matthew. B. Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia,
Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers,
Teeuw.A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra  Pengantar teori Sastra. Jakarta: Pt. Dunia Pustaka Jaya,
Wellek. Renne dan Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: Pt Gramedia.

MASALAH, MAKNA, PENGERTIAN DAN CONTOH DARI PENALARAN DEDUKTIF

MASALAH, MAKNA, PENGERTIAN DAN CONTOH DARI PENALARAN DEDUKTIF


Penalaran yaitu suatu proses berfikir dimana didalam proses berfikir tersebut sangat bertolak berlakang dari pengamatan indera yang dapat menghasilkan suatu konsep dan pengertian. Didalam suatu penalaran dikenal juga menalar yaitu dimana terbentuknya suatu proposisi – proposisi atau semacam gagasan, ide yang sejenis berdasarkan jumlah proposisi yang dianggap benar, beberapa orang menyimpulkan bahwa sebuah proposisi atau gagasan yang baru sebelumnya tidak diketahui.
Menurut tim balai pustaka istilah penalaran mengandung tiga pengertian diantaranya:
1.    Cara (hal) menggunakan nalar, pemikiran atau cara berfikir logis.
2.    Hal mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan perasaan atau pengalman.
3.    Proses mental dalam mengembangkan atau mengendalikan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip.
4.    Penalaran mempunyai cirri-ciri yaitu : 
a.    dilakukan dengan sadar
b.    didasarkan oleh sesuatu yg sudah d ketahui
c.    sistematis
d.    terarah dan bertujuan
e.    menghasilkan kesimpulan yang dapat berupa pengetahuan, keputusan dan sikap terbaru
f.     sadar tujuan
g.    premis berupa pengalaman, pengetahuan, ataupun teori yang di dapatkan
h.    pola pemikiran tertentu
i.     sifat empiris nasional
Salah nalar ada dua macam:
1.    Salah nalar induktif, berupa :
a)    kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas,
b)    kesalahan penilaian hubungan sebab-akibat,
c)    kesalahan analogi.
2.    Kesalahan deduktif dapat disebabkan :
a)    kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi;
b)    kesalahan karena adanya term keempat;
c)    kesalahan karena kesimpulan terlalu luas/tidak dibatasi; dan
d)    kesalahan karena adanya 2 premis negatif.

Fakta atau data yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar.

Pengertian dan contoh salah nalar :

1.      Gagasan,
2.      pikiran,
3.      kepercayaan,
4.      simpulan yang salah, keliru, atau cacat.

Di dalam penalaran terdapat metode yaitu metode deduktif. Dimana pengertiannya sebagai berikut :
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
Didalam suatu penalaran deduktif dapat kita ketahui yaitu metode ini diawali dari suatu pembentukan teori, hipotesa, definisi operasional, instrument dan operasionalisasi. Dimana dengan kata lain, untuk kita dapat memahami suatu gejala atau peristiwa terlebih dahulu kita harus mengetahui konsep dan teori tentang gejala atau peristiwa tersebut dan selanjutnya kita lakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konsep dan teori merupakan salah satu kata kunci untuk memahami suatu gejala atau peristiwa yang terjadi.
Contoh penalaran deduktif :
Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.

Macam-macam dari penalaran deduktif adalah
1.   Silogisme
Silogisme adalah suatu bentuk proses penalaran yang berusaha menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan atau inferensi yang merupakan proposisi ketiga.
a.    Silogisme Kategorial
Argumen deduktif yang mengandung suatu rangkaian yang terdiri dari tiga (dan hanya tiga) proposisi kategorial, yang disusun sedemikian rupa sehingga ada tiga term yang muncul dalam rangkaian pernyataan itu.
Tiap term hanya boleh muncul dalam dua pernyataan, misalnya :
a)    Semua buruh adalah manusia pekerja
b)    Semua tukang batu adalah buruh
c)    Jadi, semua tukang batu adalah manusia pekerja.

b.    Silogisme Hipotetis
Silogisme hipotetis atau silogisme pengandaian adalah semacam pola penalaran deduktif yang mengandung hipotese. Premis mayornya mengandung pernyataan yang bersifat hipotetis.
Rumus proposisi mayor dari silogisme:
Jika P, maka Q
Contoh:
*        Premis Mayor : Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal
*        Premis Minor : Hujan tidak turun
*        Konklusi        : Sebab itu panen akan gagal.
Atau
*        Premis Mayor : Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal
*        Premis Minor : Hujan turun
*        Konklusi        : Sebab itu panen tidak gagal.
*        Pada contoh premis mayor mengandung dua pernyataan kategorial, yaitu hujan tidak turun dan panen akan gagal. Bagian pertama disebut antiseden, sedangkan bagian kedua disebut akibat.
*        Terdapat asumsi      : kebenaran antiseden akan mempengaruhi kebenaran akibat.

c.    Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif atau silogisme disjungtif :
-      Proporsi mayornya merupakan sebuah proposisi alternatif, yaitu proposisi yang mengandung kemungkinan atau pilihan.
-     Proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya.
-      Konklusi tergantung dari premis minornya

Contoh:
*        Premis Mayor: Ayah ada di kantor atau di rumah
*        Premis Minor: Ayah ada di kantor
*        Konklusi: Sebab it, ayah tidak ada di rumah.
Atau
*        Premis Mayor: Ayah ada di kantor atau di rumah
*        Premis Minor: Ayah ada di kantor
*        Konklusi: Sebab it, ayah tidak ada di rumah.

2.    Entinem
Adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui. Entinem berasal dari kata Enthymeme, enthymema (Yunani) yang berasal dari kata kerja enthymeisthai yang berarti ‘simpan dalam ingatan’. Silogisme muncul hanya dengan dua proposisi.
Contoh penalaran deduktif 1 :

Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.

Contoh penalaran deduktif 2 :

*        semua hewan punya mata
*        anjing termasuk hewan
*        anjing punya mata

daftar pustaka :