Kesalahan kata dalam sebuah Spanduk
Kesalahan atau kerancuan
penulisan suatu kata dalam spanduk yang bila yang dieja, bunyinya jadi lucu,
juga menimpa institusi pendidikan kita. Dalam suatu seminar nasional dan
workshop guru-guru, spanduk yang terpampang mencantumkan judul besar yang mau tak
mau siapa pun yang membaca akan dibuat tertawa lebar. Coba simak potongan
spanduk yang sudah diedit di bawah ini. Yang pasti seminar tersebut bukan
ditujukan untuk para guru goblog, melainkan mengajak guru agar mengerti dan
memanfaatkan blog untuk tujuan pendidikan. Sehingga tulisan "go blog" walau di spasi tapi
pengucapannya tetap saja "goblok",
seharusnya lebih tepat " guru let's
blog" atau "guru nge-blog".
Dalam
Spanduk Sumpah Pemuda di Surabaya juga menggunakan Kesalahan kata yang sangat
fatal .
Dinas
Informasi dan Komunikasi (Infokom) Jatim rubah isi naskah Sumpah Pemuda yang
dikumandangkan para pemuda Indonesia pada 28 Oktober 1928. Baliho berukuran
sekitar 4 x 8 meter itu dipasang di depan Gedung Negara Grahadi di Jalan
Gubernur Suryo Surabaya.
Kesalahan
tulis naskah sumpah pemuda itu langsung membuat puluhan mahasiswa dari beberapa
elemen marah. Akibatnya, gambar SBY-Boediono dan Gubernur Jatim Soekarwo
dicoreng oleh puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Front Aksi Mahasiswa
UNESA, Siang (28/10) usai satu jam upacara memperingati Sumpah Pemuda di depan
Gedung Grahadi.
Gambar SBY
dan Soekarno langsung dicoret dengan cat semprot warna merah. Para mahasiswa
mencoret butir ketiga yang salah. Mereka tidak mencoret butir pertama mungkin
karena letak tulisan yang tinggi dan tak terjangkau.
Forum aksi
Mahasiswa sangat menyesal dengan kepemimpinan SBY dan Boediono yang dikatakan
sangat tidak bisa menunjukkan bahwa pemuda di Indonesia ini menyatu.
“83 tahun
yang lalu pemuda Indonesia menyatu, tapi sekarang para atlet hanya mendapat
julukan bekas juara atau rongsokan pemuda, ini yang kami kutuk, karena tidak
bisa menempatkan pemuda sebagai generasi bangsa Indonesia,” teriak Aulia,
korlap aksi FAM Universitas Negeri Surabaya (UNESA).
Aksi mereka
juga diwarnai dengan teatrikal dua orang mahasiswa yang menyapu kertas yang
bertuliskan “Pemuda Indonesia tidak Produktif” sembari dua mahasiswa itu
menempelkan di wajahnya.
Seperti
diketahui, naskah Sumpah Pemuda pada baliho di depan Gedung Grahadi ditulis
dalam kata-kata yang salah.
Berdasarkan
pantauan LIcom selang setengah jam usai dilakukannya aksi baliho besar tersebut
sduah tidak terpampang lagi di depan Gedung Grahadi.
Sementara
Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf memberikan tanggapan mengenai baliho
Sumpah Pemuda milik Pemerintah Provinsi Jatim di depan Gedung Negera Grahadi
yang salah tulis.
Terkait hal
itu, Saifullah Yusuf alias Gus Ipul meminta maaf. Ia menyebut kesalahan
penulisan naskah Sumpah Pemuda dalam baliho itu terjadi tanpa ada unsur
kesengajaan.
“Kami mohon
maaf kalau ada kesalahan, itu pasti tidak disengaja,” ungkap Saifullah Yusuf di
ruang kerjanya Jumat (28/10).
Dia berujar,
pihaknya mengaku tidak mengetahui adanya kesalahan itu, dan tidak mengetahui
siapa yang membuat.
Protes
tersebut sehubungan dengan pemasangan Baliho Sumpah Pemuda yang dipasang Dinas
Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Provinsi Jatim yang salah tulis. Ratusan
Mahasiswa itu pun langsung melakukan aksi corat-coret baliho ‘bodoh’ itu.
Para
mahasiwa menyatakan penulisan naskah (teks) Sumpah Pemuda dalam baliho raksasa
yang dipasang di depan Gedung Negara Grahadi, atau di sisi kanan patung
Gubernur Suryo itu terdapat kesalahan pada butir ketiga.
Naskah yang
seharusnya berbunyi ‘Kami Putra dan Putri Indonesia Menjunjung Tinggi Bahasa
Persatuan, Bahasa Indonesia, namun di dalam baliho ditulis ‘Kami Putra dan
Putri Indonesia mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia.
Dan yang
lebih memalukan lagi, di dalam baliho juga terpajang foto Gubernur Jatim
Soakarwo bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang berdiri tersenyum
mengapit tulisan naskah Sumpah Pemuda yang salah ketik itu.
Kesimpulan
Bila mau ditelusuri banyak sekali
dijumpai spanduk-spanduk di sekitar kita yang salah tulis atau memuat ejaan
kata yang tidak tepat. Diantaranya yang menonjol adalah penulisan angka rawan
salah tulis dan ejaan suatu kata yang tidak tepat.
Tentu saja spanduk yang salah
tulis tersebut tidak sengaja dibuat salah, melainkan tidak sengaja , akibat
kelalaian atau ketidaktelitian. Tapi hasilnya, jadi bahan pembicaraan karena
yang namanya spanduk pemasangannya pasti dipilih di ruang publik yang strategis
dan mencolok mata, seperti di jalan raya yang ramai.
Dari beberapa contoh spanduk di
atas, menjadi pertanyaan, bagaimana mungkin suatu spanduk yang dipasang di
ruang publik, tidak dilakukan pengecekan ulang sebelum dipasang? Karena jika
ini dilakukan, niscaya kesalahan yang lucu, konyol dan memalukan seperti itu
tidak akan terjadi.
Lebih mendasar lagi, apakah kesalahan tulis di spanduk-spanduk itu dapat dipandang sebagai cermin tidak tertibnya kehidupan berbahasa (tulis) kita atau sekedar kesalahan manusiawi ?
Lebih mendasar lagi, apakah kesalahan tulis di spanduk-spanduk itu dapat dipandang sebagai cermin tidak tertibnya kehidupan berbahasa (tulis) kita atau sekedar kesalahan manusiawi ?
referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar